Selasa, 29 Januari 2008

PENGURANGAN RESIKO BAHAYA MERKURI

PENGURANGAN RESIKO BAHAYA MERKURI

PADA PENAMBANGAN EMAS TRADISIONAL

Oleh : Taviv Supriadi, ST

A. PENDAHULUAN

Penambangan emas merupakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, namun demikian penambangan emas juga dapat merugikan apabila dalam pelaksanaannya tanpa diikuti dengan proses pengolahan limbah hasil pengolahan biji emas secara baik. Akibat yang ditiimbulkan dari terbuangnya merkuri pada air tanah maupun aliran sungai, akan masuk kedalam rantai makanan baik melalui tumbuhan maupun hewan, yang pada gilirannya akan sampai pada tubuh manusia.

Keberadaan merkuri di lingkungan berdampak secara langsung kepada manusia khususnya bagi pekerja pada proses pemisahan biji emas dengan melalui proses inhalasi, maupun berdampak tidak langsung yaitu baik pada tumbuhan maupun hewan akibat dari pembuangan limbah baik limbah cair maupun limbah padat.

Dengan melihat berbahayanya merkuri jika terbuang ke alam, maka diperlukan kiat-kiat untuk mencegahnya.

B. PENGGUNAAN MERKURI PADA PENAMBANGAN EMAS TRADISIONAL

Proses penambangan emas tradisional terdiri dari proses penggalian bahan tambang dan proses pengolahan hasil galian tambang.

Penggunaan merkuri pada penambangan emas tradisional terjadi pada proses pengolahan hasil galian tambang bertujuan untuk pemisahan biji emas dengan tanah / batuan.

Dalam proses penambangan emas, merkuri digunakan sebagai bahan kimia pembantu yang sesuai dengan sifatnya berfungsi untuk mengikat butiran-butiran emas agar mudah dalam pemisahan dengan partikel-partikel lain dalam tanah. Sebagai gambaran proses kerja pemisahan emas dari partikel-partikel tanah yang dilaksanakan penambang emas tradisional adalah pemecahan partikel tanah, penggilingan, pemisahan partikel tanah dengan ikatan merkuri dan butiran emas, penyaringan, dan pemanasan.

C. MERKURI DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN

Merkuri atau air raksa (Hg) merupakan golongan logam berat dengan nomor atom 80 dan berat atom 200,6. Merkuri merupakan unsur yang sangat jarang dalam kerak bumi, dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan endapan-endapan mineral biji dari logam-logam berat. Merkuri digunakan pada berbagai aplikasi seperti amalgam gigi, sebagai fungisida, dan beberapa penggunaan industri termasuk untuk proses penambangan emas. Dari kegiatan penambangan tersebut menyebabkan tingginya konsentrasi merkuri dalam air tanah dan air permukaan pada daerah pertambangan. Elemen air raksa relatif tidak berbahaya kecuali kalau menguap dan terhirup secara langsung pada paru-paru.

Bentuk racun dari air raksa pada proses masuk pada tubuh manusia adalah methyl mercury (CH3Hg+ dan CH3-Hg-CH3) dan garam organik, partikel mercuric khlor (HgCl2). Methyl mercury dapat dibentuk oleh bakteri pada endapan dan air yang bersifat asam. Ion merkuri anorganik adalah bersifat racun akut. Elemen merkuri mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh manusia tetapi persenyawaan methyl mercury tinggal pada tubuh manusia 10 kali lebih lama merkuri berbentuk metal (logam) dan menyebabkan tidak berfungsinya otak, gelisah/gugup, ginjal, dan kerusakan liver pada kelahiran (cacat lahir).

Methyl mercury terakumulasi pada rantai makanan, sebagai contoh adalah merkuri bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup pada perairan yang tercemar merkuri. Senyawa phenyl mercury (C6H5Hg+ dan C6H5-Hg-C6H5) bersifat racun moderat dengan waktu tinggal yang pendek pada tubuh tetapi senyawa ini berubah bentuk secara cepat pada lingkungan menjadi bentuk merkuri anorganik. Dari survei efek bahaya, merkuri ini adalah bersifat racun bagi semua bentuk kehidupan, dan bersifat lambat untuk dikeluarkan dari tubuh manusia. Methyl mercury beracun 50 kali lebih kuat daripada merkuri anorganik.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan, kadar merkuri maksimum di dalam air adalah 0,001 mg/l.

D. UPAYA PENGURANGAN RESIKO BAHAYA TERHADAP LINGKUNGAN

1. Air limbah dari proses pemisahan emas diperlukan proses pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu rangkaian proses sederhana yang diperlukan untuk penurunan kadar merkuri adalah berupa proses koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Menurut Droste (1994), dari rangkaian proses tersebut dapat menurunkan kadar merkuri sebesar 20 – 90 %.

2. Pada proses pemanasan / pemijaran campuran biji emas dengan air raksa akan menguapkan air raksa yang ada, sehingga kegiatan ini harus dilakukan jauh dari pemukiman penduduk, dan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan arah angin.

E. KESIMPULAN

Kegiatan penambangan emas selain dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dengan pencemaran limbah hasil pengolahan biji emas yang pada gilirannya juga merugikan masyarakat sekitar dengan munculnya penyakit akibat terakumulasinya merkuri dalam tubuh.

Peningkatan pengetahuan bagi para penambang tentang pengelolaan limbah penambangan diperlukan untuk meningkatkan kualitas penambangan emas tradiisional.

F. DAFTAR PUSTAKA

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta, Buletin Epidemiologi Lingkungan Edisi II Tahun 2004, BTKL, Yogyakarta, 2004.

Direktorat Bina Peran serta Masyarakat Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI, Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal DI Indonesia, Depkes RI, Jakarta, 1993.

Droste Ronald L, Theory and practice of Water and Waste Water Treatment, John Wiley & Sons, Inc. Newyork, 1994.

Kesumawardani Siswati, Dra, Penyimpangan Parameter Fisika dan Kimia Air Terhadap Kesehatanb Masyarakat, BTKL Surabaya, 1997.

Tim ADKL Propinsi DIY, Hasil Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) Penambangan Emas Tradisional di Desa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Tahun 2004, Dinkes Propinsi DIY, Yogyakarta, 2004.



BIODATA


Nama : Taviv Supriadi, ST

Tempat, Tgl. Lahir : Magetan, 6 September 1964

Pekerjaan : Staf Seksi Perbekalan Umum Dinkes Kulonprogo

Pendidikan : - SDN Pondok, Babadan, Ponorogo ( 1976 )

- SMPN I Ponorogo ( 1980 )

- SMAN I Ponorogo ( 1983 )

- SPPH Madiun di Magetan ( 1984 )

- PAM-SKL Purwokerto ( 1994 )

- S 1 Teknik Lingkungan UNDIP ( 2003 )

Kursus : - AMDAL A (Dasar) ( 2006 )

- AMDAL B (Penyusun) ( 2007 )

Tidak ada komentar: