Selasa, 29 Januari 2008

IMUNISASI POLIO DENGAN SUNTIK

“IMUNISASI POLIO DENGAN SUNTIK”

(IPV)

oleh : drg. W. Indriastuti. M.Kes

Seksi Yankesda R & R Dinas kesehatan Kulon Progo

.

Polio (Poliomielitis) adalah penyakit pada susunan saraf yang disebabkan oleh salah satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu polio type 1,2 atau 3. Secara klinis penyakit polio terjadi pada anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layuh akut (acute flaccid paralysis=AFP). Penyebaran penyakit polio adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian dapat terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani. Polio sejak tahun 1995 telah dinyatakan punah dari bumi Indonesia, namun sekarang muncul kembali. Sampai saat ini Departemen kesehatan mencatat ada lima anak di Kabupaten Sukabumi positif terserang polio.

Hasil analisa genetika menunjukkan bahwa virus polio yang di Sukabumi mirip dengan virus polio yang diisolasi di Sudan. Pada hasil analisis tersebut terdapat dua kemungkinan. Pertama adalah virus yang menyerang anak-anak di Sukabumi merupakan virus polio impor yang tadinya tidak pernah ada di Indonesia.

Kedua, virus tersebut merupakan virus asli Indonesia yang kebetulan sama dengan virus di Sudan.

Belajar dari kejadian ini, kita harus waspada dengan melakukan vaksinasi pada setiap Balita tanpa pengecualian. Ini adalah tindakan yang mutlak dilakukan sampai polio benar-benar lenyap dari bumi ini. Tindakan yang gegabah jika kita melalaikan program vaksinasi Polio karena dianggap virus polio tidak ada di bumi ini, karena akan selalu ada peluang masuknya virus polio liar dari luar, terutama dari wilayah endemik polio.

Oleh karena itu, negara-negara yang telah dinyatakan bebas polio sejak puluhan tahun yang lalu ,tetap melaksanakan vaksinasi terhadap semua Balitanya. Jepang misalnya, telah bebas polio sejak puluhan tahun yang lalu, namun sampai saat ini mereka tetap mewajibkan vaksinasi polio untuk setiap bayinya. Begitu juga dengan negara maju lainnya, yang konsisten menjalankan program imunisasi.

Program eradikasi Polio pada tahun 1998 oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui program The Global Polio Eradication Initiative, yaitu program pemusnahan polio dari bumi. WHO mentargetkan sampai tahun 2005 dunia sudah bebas dari polio,namun kenyataannya sampai saat ini masih ada negara yang endemik polio seperti India, Pakistan, Afganistan dan negara di Afrika seperti Nigeria dan Niger. Ditambah lagi dengan munculnya kasus di negara yang tadinya telah dinyatakan bebas polio, termasuk Indonesia.

Pada awalnya WHO optimis dapat mewujudkan target ini. Hal ini disebabkan karena virus polio tidak menginfeksi hewan apapun, kecuali manusia. Dengan demikian, virus ini akan lebih mudah dikontrol. Optimis ini dibuktikan dengan musnahnya virus polio liar di hampir seluruh belahan bumi. Keberhasilan ini dicapai tidak lain adalah karena program imunisasi yang rapi dengan berbagai cara, di antaranya melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dengan melibatkan kerjasama dengan lintas program maupun lintas sektoral, peran serta masyarakat, dan imunisasi rutin pada sasaran Balita.

Dalam pelaksanaan program imunisasi polio, ada dua jenis vaksin yang tersedia, yaitu Oral Polio Vaccine (OPV) adalah virus polio hidup yang telah dilemahkan dan diberikan secara oral atau diteteskan melalui mulut, sedangkan inactivated Polio Vaccine (IPV) adalah virus polio hidup yang dimatikan dengan pemberian secara suntik. Vaksin IPV lebih mahal dibanding vaksin OPV,dan pemberian imunisasi melalui suntikan yang harus diberikan oleh tenaga medis, sehingga hanya diberikan kepada daerah- daerah tertentu.

Mengapa Kabupen Kulon Progo melaksanakan IPV ?

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan imunisasi polio dengan menggunakan jenis vaksin yang disuntikkan (IPV), hal ini diberikan kepada DIY termasuk kabupaten Kulon Progo yang menunjukkan hasil sebagai berikut :

n Survei Cakupan Imunisasi rutin Polio , cukup memuaskan > 95 %.

n Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Survailans AFP, tidak ditemukan virus polio liar pada semua kasus kelumpuhan yang dilaporkan.

n Survei limbah lingkungan di Sewon, di Bantul, menunjukkan adanya sirkulasi vaksin polio di lingkungan menunjukkan tingginya cakupan imunisasi polio.

n Survei serologi antibodi polio pada anak usia balita menunjukkan bahwa semua anak telah mempunyai antibodi ketiga serotipe virus polio dengan titer yang tinggi

Keuntungan pemberian imunisasi polio dengan suntik (IPV) adalah : tidak ada resiko kejadian ikutan pemberian imunisasi, Balita sakit tetap dapat divaksinasi, imunitas tinggi dan konstan, tersedia dalam bentuk kombinasi, jadi dimungkinkan suatu ketika vansin polio (IPV) dikombinasikan dengan vaksin lain.Dalam pelaksanakaan perubahan pemberian imunisasi polio dari cara tetes ke suntik telah dilaksanakan sosialisasi kepada semua tenaga medis dan masyakat, dari tingkat kabupaten sampai di Puskesmas.Pemberian imunisasi polio dengan IPV di Daerah Istimewa Yogyakarta serentak dilaksanakan pada tanggal 3 September 2007. Jadual pemberian imunisasi polio dengan IPV berbeda dengan OPV,sehingga mengubah kebijakan imunisasi menjadi sbb :

USIA

SEKARANG

AKAN DATANG

0- 1 BLN

BCG, OPV, HB

BCG, HB

2 BLN

OPV, DPT-HB

IPV, DPT-HB

3 BLN

OPV, DPT-HB

IPV, DPT-HB

4 BLN

OPV, DPT-HB

IPV, DPT-HB

9 BLN

CAMPAK

IPV, CAMPAK

Imunisasi polio dengan suntik dapat dilayani antara lain :

1. Puskesmas dan jaringannya.

2. Rumah Sakit

3. Puskesmas dengan RB (Rumah Bersalin )

4. Bidan praktek swasta

5. Dokter praktek swasta

Keberhasilan imunisasi polio dengan IPV sangat tergantung koordinasi lintas program dan lintas sektoral serta peran serta masyarakat. Perlu dicatat bahwa gejala polio hanya terjadi pada Balita yang tidak diimunisasi atau riwayat imunisasinya tidak jelas. Hal ini menunjukkan bahwa vaksinasi atau imunisasi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Oleh karena itu, negara-negara yang telah mendeklarasikan bebas polio sekalipun masih tetap melaksanakan program imunisasi, terutama imunisasi rutin terhadap setiap bayi yang lahir.Begitu juga dengan kita harus melakukan program imunisasi yang rapi sehingga menutup kemungkinan terjadinya wabah polio, baik yang disebabkan oleh virus impor maupun dari virus vaksin yang berubah.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat sehingga program imunisasi polio dapat berjalan dengan sukses ,sehingga Balita di Kabupaten Kulon Progo selalu dalam keadaan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Dirjen PP & PL Tahun 2005.

2. Judarwanto W. http://www.indosiar.com/v2003/pk/pk-read.htm.id=70

3. Utama Andi.http://bioteknews.blogspot.com/2005/07/eradikasi-polio-mungkinkah.html

4. Dinkes Prov. DIY. Sosialisasi IPV di Propivinsi Daerah istimewa Yogyakarta. Tahun 2007.

Tidak ada komentar: